Ekonomi Islam (syariah) dan perbankan syariah di mata seorang muslim, mungkin sudah biasa, meski dengan catatan: ada yang menerima, ada yang masih ragu-ragu. Namun, ketika seorang Paus Benediktus berbicara bahkan merekomendasikan sistem keuangan syariah itu, banyak orang terkejut.
Oktober 2008, masyarakat dunia dikejutkan oleh pernyataan pemimpin tertinggi umat Katolik, Paus Benediktus XVI. Dalam majalah Le Observatorio, Paus mengatakan bahwa negara-negara Barat harus belajar dari ekonom syariah. Sementara itu, menurut majalah HIDUP, surat kabar resmi Vatikan, L’Osservatore Romano, pada 3 Maret 2009 memuat pernyataan Paus Benediktus yang merekomendasikan sistem keuangan syariah. Sungguh aneh jika kalangan Katolik terkejut karena ternyata sistem keuangan Islam ini bersumber pula dari Kitab Perjanjian Lama. Disebutkan dalam Kitab Nehemia, Mazmur, Amsal, dan Yehezkiel, bahwa memungut bunga (riba) dilarang oleh Allah.
Berdasarkan berbagai sumber dari kitab-kitab tersebut, pendapat Paus Benediktus sepertinya wajar-wajar saja, bahkan sangat tepat. Meskipun demikian, menanggapi pernyataan tersebut, pendamping lembaga keuangan mikro, Joseph Tjandra Irawan, mengemukakan bahwa pernyataan Paus memang tidak serta merta supaya umat Kristiani dan Katolik segera menerima sistem ekonomi syariah dalam praktek ekonomi. Kejujuran dalam praktek ekonomi, ujar Tjandra, adalah aspek moral dari sistem keuangan syariah yang disorot oleh Paus Benediktus XVI. Namun setidaknya, perkataan Paus sebagai pemimpin tertinggi umat Katolik menyadarkan umatnya bahwa sistem keuangan syariah layak dan benar untuk dilakukan.
Mereka pun Beralih ke Syariah
Dengan pernyataan positif dari berbagai kalangan mengenai perbankan syariah dan sistem keuangan Islam, tak heran, beberapa tokoh mulai beralih, merekomendasikan, bahkan menggunakan sistem ini. Sebut saja Menteri Keuangan Prancis, Christine Lagarde dan aktor bulutangkis terkenal, Susi Susanti.
Menurut Christine Lagarde, “Yang kita butuhkan saat ini adalah ekuitas, sistem bagi hasil, moralitas, beretika, dan realita, transaksi riil.”Sementara Susi Susanti, yang bernama lengkap Lucia Fransisca Susi Susanti, berujar, “Buat saya, bank syariah bukan hanya untuk muslim, tapi untuk semua kalangan. Mungkin di situ ada beberapa kelebihanlah, dibanding dengan bank-bank yang lain, soal bunga, dan fleksibel juga.” Bank Indonesia juga menyematkan Susi Susanti sebagai ikon bank syariah sebagai wujud universalitas perbankan syariah untuk semua kalangan.
Konsep ekonomi syariah yang kini mendunia memang sesuai dengan universalitas dan untuk semua kalangan. Apalagi jika dibenarkan oleh ajaran agama yang kita yakini. Klop sudah. Dengan demikian, sudah sewajarnya, jika kita beralih ke sistem keuangan syariah dan memanfaatkan layanan perbankan syariah.
Sumber:
http://ib.eramuslim.com/2010/03/05/bank-syariah-di-mata-paus-benediktus/
http://sampulhidup.wordpress.com/2009/09/30/ekonomi-syariah/
Oktober 2008, masyarakat dunia dikejutkan oleh pernyataan pemimpin tertinggi umat Katolik, Paus Benediktus XVI. Dalam majalah Le Observatorio, Paus mengatakan bahwa negara-negara Barat harus belajar dari ekonom syariah. Sementara itu, menurut majalah HIDUP, surat kabar resmi Vatikan, L’Osservatore Romano, pada 3 Maret 2009 memuat pernyataan Paus Benediktus yang merekomendasikan sistem keuangan syariah. Sungguh aneh jika kalangan Katolik terkejut karena ternyata sistem keuangan Islam ini bersumber pula dari Kitab Perjanjian Lama. Disebutkan dalam Kitab Nehemia, Mazmur, Amsal, dan Yehezkiel, bahwa memungut bunga (riba) dilarang oleh Allah.
Berdasarkan berbagai sumber dari kitab-kitab tersebut, pendapat Paus Benediktus sepertinya wajar-wajar saja, bahkan sangat tepat. Meskipun demikian, menanggapi pernyataan tersebut, pendamping lembaga keuangan mikro, Joseph Tjandra Irawan, mengemukakan bahwa pernyataan Paus memang tidak serta merta supaya umat Kristiani dan Katolik segera menerima sistem ekonomi syariah dalam praktek ekonomi. Kejujuran dalam praktek ekonomi, ujar Tjandra, adalah aspek moral dari sistem keuangan syariah yang disorot oleh Paus Benediktus XVI. Namun setidaknya, perkataan Paus sebagai pemimpin tertinggi umat Katolik menyadarkan umatnya bahwa sistem keuangan syariah layak dan benar untuk dilakukan.
Mereka pun Beralih ke Syariah
Dengan pernyataan positif dari berbagai kalangan mengenai perbankan syariah dan sistem keuangan Islam, tak heran, beberapa tokoh mulai beralih, merekomendasikan, bahkan menggunakan sistem ini. Sebut saja Menteri Keuangan Prancis, Christine Lagarde dan aktor bulutangkis terkenal, Susi Susanti.
Menurut Christine Lagarde, “Yang kita butuhkan saat ini adalah ekuitas, sistem bagi hasil, moralitas, beretika, dan realita, transaksi riil.”Sementara Susi Susanti, yang bernama lengkap Lucia Fransisca Susi Susanti, berujar, “Buat saya, bank syariah bukan hanya untuk muslim, tapi untuk semua kalangan. Mungkin di situ ada beberapa kelebihanlah, dibanding dengan bank-bank yang lain, soal bunga, dan fleksibel juga.” Bank Indonesia juga menyematkan Susi Susanti sebagai ikon bank syariah sebagai wujud universalitas perbankan syariah untuk semua kalangan.
Konsep ekonomi syariah yang kini mendunia memang sesuai dengan universalitas dan untuk semua kalangan. Apalagi jika dibenarkan oleh ajaran agama yang kita yakini. Klop sudah. Dengan demikian, sudah sewajarnya, jika kita beralih ke sistem keuangan syariah dan memanfaatkan layanan perbankan syariah.
Sumber:
http://ib.eramuslim.com/2010/03/05/bank-syariah-di-mata-paus-benediktus/
http://sampulhidup.wordpress.com/2009/09/30/ekonomi-syariah/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar